Kamis, 12 Desember 2019

Sanitasi Lingkungan Pesisir


Source kumparan.com


Menurut World Health Organization (WHO) Sanitasi adalah penyediaan sarana dan pelayanan pembuangan limbah kotoran manusia seperti urin dan feces. Istilah 'sanitasi' juga mengacu kepada pemeliharaan kondisi higienis melalui upaya pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair.

Sanitasi dasar pada masyarakat pesisir merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus dan perlu ditinjau lebih dalam sebab pada wilayah terpencil seperti di pulau-pulau, fasilitas sanitasi yang dimiliki masih buruk dan sangat terbatas dengan kualitas yang jauh dari standar kesehatan.

Sanitasi lingkungan pemukiman meliputi : pengelolaan sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah, dan jamban. Bahan buangan banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan diantaranya kotoran manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik seperti air seni, bahan buangan mandi atau cucian.

Pipa pembuangan limbah yang langsung mengarah ke Laut

source balipost.com

Karena keberadaannya diwilayah pesisir sehingga kebanyakan masyarakat langsung membuang air sisa pakai mereka ke saluran pembuangan yang langsung mengarah ke area laut. Saluran pembuangan air limbah merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan. Pembuangan limbah rumah tangga yang tidak tepat disamping dapat menyebabkan ketidaknyamanan, juga dapat menjadi media yang sangat baik untuk berkembang biak dan bersarangnya berbagai binatang pembawa penyakit dan berbagai bakteri patogen. Air limbah dapat berfungsi sebagai media pembawa penyakit terutama penyakit menular yang penularannya melalui air yang tercemar.

Masyarakat pesisir juga lebih cenderung membuang kotoran/BAB di laut. Hal ini akan berdampak pada banyaknya lalat. Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja (faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia yang terbuka, lalat hinggap di kotoran manusia dan kemudian hinggap pada makanan manusia.

Kepemilikan tempat sampah pada masyarakat pesisir rata-rata dengan galian tanah, dos, kantong plasik namun cenderung membuang di halaman rumah, dan langsung ke laut. Pengaruh sampah terhadap lingkungan dan kesehatan tidak berbeda dengan polutan lain, akan tetapi sampah bukanlah penyebab (agent) penyakit, tetapi sebagai suatu kondisi atau media terjadinya sakit, karena sampah merupakan media tumbuh dan berkembangnya bakteri dan parasit serta vektor beberapa penyakit. Pembuangan sampah ke dalam laut akan menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti menyebabkan terjadinya pencemaran air dan menurunnya kadar oksigen terlarut.
Bahan buangan tersebut merupakan salah satu penyebab pencemaran sumber air dan merupakan kondisi yang kondusif untuk berkembangnya penyakit seperti penyakit kulit, kecacingan, dan bahkan penyakit yang bisa menjadi wabah dan menimbulkan kematian. Penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya malaria, diare, TBC, penyakit kulit, demam berdarah, gangguan gizi, Tipoid/Tifus, Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), dan gangguan pencernaan lainnya.

Perilaku sanitasi yang buruk dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : Tingkat pendidikan rendah, wilayah pesisir dikenal sulit mendapatkan akses pendidikan dan pelayanan kesehatan Hal ini dapat berdampak pada jenis dan budaya/kebiasaan yang sesuai dengan perilaku dan pendapat mereka sendiri tanpa menyadari dampak yang dapat di timbulkan. Perilaku sanitasi yang buruk juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Banyak kepala keluarga yang tidak memiliki cukup dana untuk membuat jamban pribadi atau jamban sehat di rumah mereka. Meskipun banyaknya bantuan jamban pada daerah pesisir namun jika tidak diimbangi dengan edukasi maka perubahan perilaku masyarakat untuk menggunakan jamban sebagai sarana BAB tidak berlangsung lama.